Reading, Reading

Reading, Reading

Bismillah..

Akhir-akhir ini suami saya rajin beli buku, tapi ya sesuai budget juga, nyicil-nyicil.

Baca Al-Qur’an rasanya lebih engkap dengan tafsirnya, terlebih lagi ikut kajian tafsirnya.

Begitu juga baca hadist, akan lebih lengkap dengan syarahnya, terlebih lagi ikut kajian hadisnya.

Sebelum kita cukupi rak-rak buku kita dengan buku-buku non rujukan. Ada baiknya sedikit demi sedikit cukupi dulu dengan buku-buku rujukan.

Semoga Allah ta’ala memeberi rezeki agar kami mampu beli kitab-kitab rujukan, Tafsir lengkap, Syarah hadist lengkap, yang harganya tidak main-main kalau beli semuanya mungkin akan berjuta-juta. Aamiin

Tapi insyaaAllah ini adalah warisan yang sangat bermanfaat untuk putra-putri kita nanti. Ga akan rugi belinya.

Masih banyaaaakk banget yang pengen dibeli, kayak Ensiklopedi fiqh praktis, halal haram dalam islam, tafsir lengkap, syarah riyadhus shalihin, Fathul bari lengkap, bulughul mahrom, dan masih banyak banget…

Ghibah, Perampas pahala kita

Ghibah, Perampas pahala kita

Bismillah..

Berikut ini Ayat dan hadist tentang ghibah

– Di dalam Al Qur’anul Karim Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat mencela perbuatan ghibah, sebagaimana firman-Nya (artinya):

“Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian menggunjing (ghibah) kepada sebagian yang lainnya. Apakah kalian suka salah seorang diantara kalian memakan daging saudaramu yang sudah mati? Maka tentulah kalian membencinya. Dan bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat dan Maha Pengasih.” (Al Hujurat: 12)

– Suatu hari Aisyah radhiyallahu’anha pernah berkata kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam tentang Shafiyyah bahwa dia adalah wanita yang pendek. Maka beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَو مُزِجَتْ بِمَاءِ البَحْرِ لَمَزَجَتْهُ

“Sungguh engkau telah berkata dengan suatu kalimat yang kalau seandainya dicampur dengan air laut niscaya akan merubah air laut itu.” (H.R. Abu Dawud 4875 dan lainnya)

– Dari shahabat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

لَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمِشُوْنَ وُجُوْهَهُمْ وَصُدُوْرَهُمْ ، فَقُلْتُ مَنْ هؤُلاَءِ يَاجِبْرِيْلُ؟ قَالَ : هؤُلاَءِ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ لُحُوْمَ النَّاسِ وَيَقَعُوْنَ فِي أَعْرَاضِهِمْ

“Ketika aku mi’raj (naik di langit), aku melewati suatu kaum yang kuku-kukunya dari tembaga dalam keadaan mencakar wajah-wajah dan dada-dadanya. Lalu aku bertanya: “Siapakah mereka itu wahai malaikat Jibril?” Malaikat Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia dan merusak kehormatannya.” (H.R. Abu Dawud no. 4878 dan lainnya)

– Dari shahabat Ibnu Umar radhiyallahu’anhu, bahwa beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانَهِ وَلَمْ يَفْضِ الإِيْمَانُ إِلَى قَلْبِهِ لاَ تُؤْذُوا المُسْلِمِيْنَ وَلاَ تُعَيِّرُوا وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ يَتَّبِعْ عَوْرَةَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ تَتَّبَعَ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبَعِ اللهُ يَفْضَحْهُ لَهُ وَلَو في جَوْفِ رَحْلِهِ

“Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya yang belum sampai ke dalam hatinya, janganlah kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian menjelek-jelekkannya, janganlah kalian mencari-cari aibnya. Barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim niscaya Allah akan mencari aibnya. Barang siapa yang Allah mencari aibnya niscaya Allah akan menyingkapnya walaupun di dalam rumahnya.” (H.R. At Tirmidzi dan lainnya)

– Dari shahabat Sa’id bin Zaid radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

?إِنَّ مِنْ أَرْبَى الرِّبَا الإِسْتِطَالةَ فِي عِرْضِ المُسْلِمِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَفِي رِوَايَة : مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ

“Sesungguhnya termasuk riba yang paling besar (dalam riwayat lain: termasuk dari sebesar besarnya dosa besar) adalah memperpanjang dalam membeberkan aib saudaranya muslim tanpa alasan yang benar.” (H.R. Abu Dawud no. 4866-4967)

– Dari shahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

مَنْ رَدَّ عِرْضَ أَخِيْهِ رَدَّ اللهُ عَنْ وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barang siapa yang mencegah terbukanya aib saudaranya niscaya Allah akan mencegah wajahnya dari api neraka pada hari kiamat nanti.” (H.R. At Tirmidzi no. 1931 dan lainnya)

HAL YANG MENDORONG GHIBAH

Harus diakui bahwa perempuanlah yang paling suka ngobrol ngalor-ngidul. Dan kadang (bahkan sering) obrolan itu menjurus kepada ghibah. Menurut para pakar psikologi, perempuan cenderung emosional dibandingkan pria. Hal-hal yang sangat peka begitu mudah menyentuh emosi dan mempengaruhi perempuan. Sedangkan gosip adalah pembicaraan menyangkut nasib orang lain yang bisa membuat perasaan kaget, miris, atau juga benci. Nah, disitulah emosi kaum hawa terpancing. Tapi, bukan berarti pria terbebas dari gosip lho!

Imam Al Ghazali dalam bukunya Mensucikan Jiwa, menyebutkan beberapa faktor yang mendorong ghibah.

Pertama, melampiaskan kemarahan. Jika sedang marah, orang dengan mudah menyebutkan keburukan-keburukan. Jika seseorang itu tidak memiliki keberagamaan yang kuat maka ia tak akan mampu mencegah perbuatan ghibah itu.

Faktor kedua adalah menyesuaikan diri dengan kawan-kawan, dengan berbasa-basi dan mendukung pembicaraan mereka walaupun pembicaraannya itu menyebut-nyebutkan aib orang.

Ketiga, ingin mendahului menjelek-jelekkan keadaan orang yang dikhawatirkan memandang jelek ihwalnya di sisi orang yang disegani.

Keempat, keinginan bercuci tangan dari perbuatan yang dinisbatkan kepada dirinya.

Kelima, ingin membanggakan diri. Mengangkat dirinya sendiri dan menjatuhkan orang lain. Misalnya ia berkata, “si Fulan itu bodoh, pemahamannya dangkal dan ucapannya lemah.”

Keenam, kedengkian. Bisa jadi ia mendengki orang yang disanjung, dicintai dan dihormati orang banyak, lalu ia menginginkan lenyapnya nikmat dari orang itu, tetapi tidak mendapat jalan kecuali dengan mempermalukan orang tersebut di hadapan orang banyak.

Ketujuh, bermain-main, senda gurau dan mengisi waktu kosong dengan lelucon. Lalu ia menyebutkan aib orang lain agar orang-orang menertawakannya. Penyebab timbulnya hal ini adalah kesombongan dan ujub.

Kedelapan, melecehkan dan merendahkan orang lain demi untuk menghinakannya. Penyebabnya adalah sombong dan menganggap kecil orang lain.

OBAT PENCEGAH GHIBAH

Semua akhlak yang buruk hanya dapat diobati dengan adonan ilmu dan amal. Obat setiap penyakit adalah dengan melawan penyebabnya. Sedangkan mengobati penyakit lidah bisa dilakukan dengan mengetahui beberapa hal:
1. Ghibah dapat mendatangkan kemurkaan Alloh,
2. Membatalkan kebaikan-kebaikan di hari kiamat,
3. Memindahkan kebaikan-kebaikan kita kepada orang yang digunjing sebagai ganti dari kehormatan yang telah dinodainya. Jika tidak memiliki kebaikan yang bisa dialihkan, maka keburukan orang yang digunjing itu akan dialihkan kepada kita,
4. Pelajarilah tentang nash berghibah niscaya lidah kita tidak akan melakuk ghibah karena takut kepada hukum Alloh,
5. Merenungkan cacat diri sendiri sehingga malu jika membicarakan orang lain,
6. Bahwa orang lain merasa sakit karena ghibah yang dilakukannya, sebagaimana dia akan merasa sakit bila orang lain menggunjingnya,
7. Setiap kali mendengar selentingan, cepatlah berkata kepada diri sendiri, apakah aku mendapat manfaat atau menyeritakan kembali hal ini kepada orang lain?
8. Kurangi nongkrong di tempat yang nikmat untuk bergosip,
9. Pujilah diri sendiri setiap kali berhasil menahan untuk tidak bergosip tentang suatu hal yang baru kamu ketahui,
10. Rajinlah membaca Al Qur’an, lalu salurkan bahan gosipmu dengan membahas sesuatu yg bermanfaat atau berdiskusi.

Kalau saya dulu pernah sengaja atau tidak sengaja menggibah ukhtifillah semua mohon keridhoan hati untuk memaafkan ya. ^^ oke?

sumber : http://pondok-muslimah.blogspot.com/2006/09/bahaya-ghibah.html

http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/akhlak-adab/mewaspadai-bahaya-ghibah

Kitab, Kitab, dan Kitab

Kitab, Kitab, dan Kitab

Bismillah..

Pas main-main kewebsite http://www.pustakaimamsyafii.com kyaaa pengen beli tuh semua buku disana. Kami baru punya beberapa buku sih, belum banyak. Maklum baru kenal ngaji sunnah kan belum lama ini.

Sampai-sampai suami bilang, Bunda.. kita beli ajalah semua buku di Pustaka Imam Syafi’i yuk. Otomatis saya jawab hayuk aja, tapi duitnya manaaaaaa hehe.

Sepaket kitab tafsir aja udah 1,1jt, Syarah Riyadhus Salihin udah 600ribu., belum lagi buku-buku lain yang harganya ga bisa dibilang murah. Tapi insyaaAllah kalau niatnya kuat ingin Tholabul ‘Ilmi Allah ‘Azza wa Jalla akan kasih rezeki yang buaaanyaaak. Aamiin

Merasa sangat awwaam

Merasa sangat awwaam

Bismillah..

Semenjak menginjakkan kaki di manhaj ini, entah kenapa saya merasa bahwa saya ini sangat bodoh dalam pengetahuan agama. Ini ga tau, itu ga tau. Ayat ini ga hafal, Hadist itu ga hafal. Astaghfirullaah..

Semenjak kenal manhaj ini saya banyaaaakkk dapat ilmu, yang sebelumnya saya belum mengetahuinya. Dulu saya merasa sudah fahamlah walau sedikit tentang Agama Islam ini. Alhasil saya ‘berdakwah’ kepada orang-orang tanpa ilmu. Semoga Allaah mengampuni saya.

Semenjak di Manhaj ini saya dan suami jadi bersemangat sekali mempelajari dari awal, dari nol. Mulai dari Aqidah, Ibadah dst. Duh duh ternyata banyak sekali yang kami ga tau, kemana ajaaa saya selama ini. tapi gapapa, tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu.

Saya teringat perkataan sahabat saya, Sebagaimana ilmu yang menuntut adanya amal, Maka sebaliknya, amalpun menuntut adanya ilmu. Semangat Tholabul ‘ilmi!! tentunya ilmu syar’i….